Minggu, 27 November 2016

Published 15.43.00 by Admin

Mengenal Lebih jauh Penyakit Jantung Koroner

Menghindari Penyakit Jantung Koroner dengan Menerapkan Gaya Pola Hidup Sehat

 

Apa Itu Penyakit Jantung ?

Penyakit Jantung Koroner
Image courtesy of hin255 at FreeDigitalPhotos.net

Katasehat.com - Penyakit jantung merupakan penyakit penyebab kematian nomor satu di Indonesia. Ada berbagai macam penyakit jantung, tetapi penyakit jantung yang pada umumnya ditakuti adalah penyakit jantung koroner. Mengapa ? karena Penyakit jantung koroner dapat menyerang siapa saja seperti pada usia produktif yang mana akan menyebabkan serangan jantung hingga berujung pada kematian mendadak.

 

A. Mengenal Penyakit Jantung

Seperti halnya anggota tubuh yang lain, jantung juga memerlukan oksigen serta zat atau makanan sebagai sumber energi agar dapat bekerja memompa dan mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Jantung akan bekerja baik jika pasokan serta pengeluaran seimbang. Jika pembuluh darah koroner tersumbat (menyempit) dengan kata lain pasokan makanan berkurang.

Pasokan zat makanan ke jantung haruslah selalu lancar karena jantung akan terus bekerja tanpa henti. Bagian yang bertugas untuk memasok oksigen dan zat makanan ini adalah pembuluh darah koroner. Jadi, penyakit jantung koroner (PJK) adalah kondisi penyempitan atau tersumbatnya pembuluh darah arteri jantung yang disebut PJK (pembuluh darah koroner).

Penyebab penyakit jantung koroner adalah terjadinya penyumbatan, penyempitan, atau kelainan pada pembuluh arteri koroner. Akibatnya, Penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah tersebut dapat menghentikan peredaran aliran darah ke otot jantung yang sering ditandai dengan rasa nyeri.

Dalam kondisi yang parah, kemampuan jantung dalam memompa darah dapat hilang. Hal ini yang dapat merusak sistem pengontrol irama pada jantung yang dapat berujung kematian. Penyempitan serta penyumbatan pembuluh arteri koroner dapat disebabkan zat lemak (kolesterol dan trigliserida) yang semakin lama semakin banyak hingga akhirnya akan menumpuk di bawah lapisan terdalam (endotelium) dari dinding pembuluh arteri.

Hal inilah yang dapat menyebabkan aliran darah ke otot jantung menjadi berkurang ataupun berhenti, sehingga mengganggu kinerja kerja jantung sebagai pemompa darah. Efek yang dominan terjadi pada penderita penyakit jantung koroner adalah hilangnya asupan oksigen dan nutrisi ke organ jantung karena aliran darah ke jantung berkurang. 

Pembentukan plak lemak yang terjadi dalam arteri dapat memengaruhi pembentukan bekuan darah yang dapat mendorong terjadinya serangan jantung. Proses pembentukan plak ini dapat menyebabkan pengerasan arteri yang dinamakan arteriosklerosis. Awalnya penyakit jantung didominasi oleh orang tua. 

Namun, saat ini terdapat kecenderungan penyakit ini juga diderita oleh pasien di bawah kisaran usia 40 tahun. Hal ini dapat terjadi karena adanya pergeseran pola gaya hidup, kondisi lingkungan yang tidak mendukung serta perilaku masyarakat yang memicu munculnya “tren penyakit” baru yang bersifat degeneratif.

Sejumlah perilaku dan pola gaya hidup yang ditemui pada masyarakat perkotaan seperti mengonsumsi makanan siap saji (fast food) yang memiliki kandungan kadar lemak jenuh tinggi, kebiasaan merokok, minuman beralkohol, kerja berlebihan, kurang berolahraga, dan stres.

 

B. Rangkaian Gejala Penyakit Jantung 

Rangkaian Gejala Penyakit Jantung  koroner
Image courtesy of Nutdanai Apikhomboonwaroot at FreeDigitalPhotos.net

Rangkaian penyebab terjadinya penyakit jantung ini bersifat multifaktorial. Arteriosklerosis diyakini sebagai rangkaian pertama penyebab penyakit jantung. Berikut urutan gejala terjadinya penyakit jantung.

 

#1 Pembentukan Plak

Plak adalah sebuah substansi lemak yang terdapat dalam darah (seperti kolesterol) yang umumnya terbentuk di dalam dan di sekitar otot polos arteri. Akibat dari pembentukan plak terjadi hambatan dalam pembuluh darah yang menghalangi aliran darah. Plak arteriosklerosis dapat menutup sebagian atau keseluruhan rongga arteri yang terkena sehingga menyebabkan arteriosklerosi.

 

#2 Angina

Plak dari kolesterol menyebabkan aliran darah yang kaya oksigen ke jantung menjadi terhambat sehingga otot jantung mengalami angina. Angina adalah rasa nyeri yang terjadi pada otot jantung yang disebabkan terjadinya penyumbatan (penyempitan) lebih dari 50% pada arteri koroner. Sinyal berupa nyeri (angina) ini akan dikeluarkan ketika terjadi serangan jantung iskemia.

 

#3 Angina Pektoris 

Gejala penyakit jantung koroner seperti rasa nyeri atau sesak di dada hanya dirasakan oleh 1/3 penderita. Rasa nyeri ini umunya terjadi di area dada bagian tengah, kemudian menyebar ke leher, dagu, dan lengan. Rasa nyeri tersebut akan hilang beberapa menit kemudian.

Namun, gejala seperti ini sering umumnya kurang disadari oleh penderita sehingga sulit untuk membedakan apakah ini merupakan serangan jantung atau bukan. Umumnya hanya akan terasa seperti “tidak enak badan” saja.

Gejala lainnya adalah terasa tercekik (angina pektoris). Kondisi seperti ini timbul secara tak terduga dan hanya timbul jika jantung dipaksa bekerja keras, misalnya fisik dipaksa bekerja keras atau mengalami tekanan emosional. Serangan Jantung

 

#4 Serangan Jantung

Serangan jantung terjadi jika ada terjadi hambatan total pada arteri koroner. Serangan jantung tidak seperti angina karena berlangsung lebih lama. Rasa nyerinya ini lebih berat dan tidak akan hilang dengan istirahat ataupun mengkonsumsi obat-obatan. Serangan jantung mengakibatkan kerusakan otot jantung yang permanen.

 

C. Faktor Risiko

Faktor Risiko penyakit jantung
Image courtesy of Stuart Miles at FreeDigitalPhotos.net

Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang terkena penyakit jantung koroner.

A. Faktor yang Tidak Dapat Diubah

Faktor risiko yang dikategorika sebagai faktor yang tidakdapat diubah adalah jenis kelamin, usia seseorang (di atas 40 tahun), serta Keturunan (riwayat keluarga dengan riwayat penyakit jantung koroner). Berikut penjelasan dari ketiga faktor risiko tersebut.

[1] Jenis Kelamin

Umumnya jenis kelamin pria lebih berpotensi untuk terkena serangan jantung dibandingkan dengan wanita. Meskipun begitu, bukan berarti bahwa wanita akan terbebas sepenuhnya dari risiko penyakit jantung koroner. Pada usia muda, memang penderita penyakit jantung koroner ini lebih sedikit diderita oleh wanita. 

Namun, pada wanita yang memasuki usia 65 tahun keatas atau wanita yang tergolong menopause, besarnya risiko terserang penyakit ini akan sama dengan pria. Risiko lebih tinggi juga akan dialami pula oleh wanita yang berusia 35 tahun ke atas yang memiliki kebiasaan merokok.

[2] Usia

Jika usia sudah 40 tahun keatas, semua faktor risiko penyakit ini akan semakin meningkat.

[3] Keturunan

Keturunan atau genetik tidak bisa diabaikan begitu saja sebagai faktor risiko terkena penyakit jantung koroner. Dengan mengetahui riwayat keluarga maka seseorang yang kemungkinan lebih berisiko terkena jantung koroner akan lebih waspada serta cermat dalam mengantisipasi timbulnya serangan .

 

B. Faktor yang Dapat Diubah

Faktor risiko yang dapat diubah atau dikendalikan, artinya kita dapat melakukan berbagai tindakan pencegahan untuk mencegah terjadinya penyakit jantung koroner.

Berikut ini faktor risiko yang dapat diubah untuk mencegah terkena penyakit jantung koroner.

[1] Kelebihan Berat Badan (Obesitas)

Kegemukan menjadi faktor yang dapat menyebabkan beban jantung semakin berat. Selain itu, timbunan lemak dalam otot jantung dapat mengganggu efisiensi kerja dari gerakan jantung.

[2] Hipertensi

Hipertensi merupakan salah satu faktor utama penyebab penyakit jantung koroner. Hipertensi dapat merusak bagian dalam pada pembuluh arteri, sehingga kemungkinan dapat menyebabkan pembekuan darah. Jika hal ini terus terjadi pada organ jantung, maka akan memicu terjadinya serangan jantung.

[3] Diabetes Melitus

Penyakit ini memiliki peran besar sebagai pemicu terjadinya penyakit jantung dan stroke. Diabetes tipe 2 umumnya berhubungan dengan penyakit obesitas sehingga dapat dicegah dengan menjaga berat badan agar tetap ideal melalui olahraga dan gizi yang seimbang. Adanya penyakit diabetes juga memicu penyempitan pembuluh darah dan arteriosklerosis.

[4] Kadar Lemak Darah (Kolesterol) Tinggi

Peningkatan kadar kolesterol dalam darah berhubungan dengan peningkatan peluang terjadinya serangan penyakit jantung koroner. Risiko terjadinya arteriosklerosis dan serangan jantung juga sangat dipengaruhi oleh banyaknya atau kadar kolesterol LDL atau kolesterol jahat.

Jika kolesterol yang tersedia lebih banyak dari yang seharusnya dibutuhkan, maka LDL akan beredar dalam aliran darah yang pada akhirnya akan menumpuk di dinding arteri. Sehingga akan terbentuk semacam plak atau timbunan yang menyebabkan dinding arteri menjadi kaku dan rongga pembuluh darah menjadi sempit.

[5] Merokok

Zat nikotin yang terkandung dalam rokok menyebabkan elastisitas pada pembuluh darah menjadi berkurang, sehingga menyebabkan peningkatan pengerasan pembuluh darah arteri dan faktor pembekuan darah. Kondisi seperti ini dapat memicu terjadinya penyakit jantung dan stroke. Perokok berisiko terkena stroke dan jantung koroner 2X lebih besar jika dibandingkan dengan orang yang tidak merokok.

[6] Kurangnya Aktivitas Fisik

Jika tubuh kurang beraktivitas maka akan terjadi penimbunan lemak yang lebih cepat karena tidak terjadi pembakaran berkala dari energi yang masuk ke dalam tubuh. Oleh Karena itu, risiko atau peluang terjadinya obesitas semakin tinggi. Otot jantung tidak dapat bekerja dengan baik. Hal ini akan memperberat risiko terjadinya penyakit jantung koroner.

[7] Stres

Stres yang terus-menerus akan memacu meningkatnya kerja jantung dan merangsang pembentukan adrenalin yang berpengaruh buruk khususnya pada kesehatan pembuluh jantung. Tingkat stres yang tinggi akan membahayakan kesehatan. Menurut penelitian ahli kesehatan klinis, stres berat akan dapat memicu semburan adrenalin dan zat katekolamin yang tinggi.

Akibatnya dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah jantung dan meningkatkan denyut jantung sehingga mengganggu aliran darah ke jantung. Kepribadian pada seseorang juga dapat  memicu munculnya stres. Seseorang yang selalu ingin menang pada setiap kompetisi atau persaingan, sangat agresif, mudah marah akan memicu stres.

Akibatnya, orang tersebut juga berisiko terserang penyakit jantung koroner. Orang yang memiliki tiga dari beberapa faktor risiko tersebut berpeluang menimbulkan penyakit jantung 6X lebih besar jika dibandingkan dengan orang yang hanya memiliki satu faktor risiko.

Faktor risiko penyakit jantung sangat berkaitan dengan cara diet. Bagaimana pun proses pengaturan gizi sangat berperan dalam menekan timbulnya risiko yang dapat dikendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan, sehingga memberi kontribusi dalam pencegahan dan pengobatan penyakit jantung koroner.

 

D. Pencegahan

pengobatan penyakit jantung
Image courtesy of xedos4 at FreeDigitalPhotos.net

Upaya pencegahan untuk menghindari penyakit jantung dimulai dengan memperbaiki gaya hidup dan mengendalikan faktor-faktor risiko penyebab sehingga dapat mengurangi peluang terkena penyakit tersebut. arteriosklerosis merupakan salah satu faktor risiko yang dapat memicu terjadinya penyakit jantung, stroke, dan penyakit yang berhubungan dengan pembuluh darah lainnya.

Bagaimana mencegah terjadinya arteriosklerosis ? Terdapat beberapa cara yang dapat Anda dilakukan yaitu sebagai berikut. 

1. Mengendalikan tekanan darah dan kadar gula darah. Hipertensi merupakan faktor utama pemicu terjadinya stroke dan penyakit jantung koroner .

2. Menghentikan kebiasaan merokok dan menghindari asap rokok.

3. membantu mengurangi bobot badan, mengendalikan kadar kolesterol, dan menurunkan tekanan darah yang merupakan faktor risiko lain pemicu penyakit jantung.

4. Mengurangi berat badan jika Tubuh Anda terlihat gemuk. Dengan mengurangi berat badan, berarti juga mengurangi beban kerja dari organ jantung.

5. Menurunkan kadar kolesterol LDL dan meningkatkan kadar kolesterol HDL. Caranya adalah dengan memperbanyak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung lemak tak jenuh. Kadar kolesterol harus selalu di bawah 200 mg%, LDL kurang dari 150 mg%, dan HDL lebih dari 50 mg%.

6. Mengurangi konsumsi makanan yang mengandung lemak dan berkalori tinggi (daging merah dengan lemaknya, daging ayam dan kulitnya, gorengan, gula, serta makanan manis) untuk menjaga kolesterol, kadar gula, dan trigliserida. Selain itu, pastikan kadar trigliserida kurang dari 200 mg%, kadar gula darah post prandial (2 jam setelah makan) tidak lebih 160 mg% dan kadar gula darah puasa 120 mg%, .

(Daging ayam dan kulitnya merupakan makanan tinggi lemak)
(Daging ayam dan kulitnya merupakan makanan tinggi lemak)

7. Mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung antioksidan akan sangat baik guna mencegah kerusakan pembuluh darah akibat radikal bebas.

8. Mengonsumsi banyak mengandung asam folat dan vitamin B guna menurunkan kadar homosistein yang terdapat di dalam darah.

9. Mengurangi faktor pemicu stres.

10. Mengurangi minum minuman beralkohol. karena Alkohol dapat memicu naiknya tekanan darah, memperlemah jantung, mengentalkan darah, dan menyebabkan kejang arteri

11. Melakukan meditasi dan yoga.

12. Jika diperlukan, minumlah obat-obatan pencegah arteriosklerosis yang dianjurkan oleh dokter. Dalam mengonsumsi obat ini, lebih baik Anda mendapat pengawasan dari dokter untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
      edit