Minggu, 27 November 2016

Published 16.14.00 by Admin

Mengenal Lebih jauh Tekanan Darah Dan Hipertensi

Memahami Pengertian Tekanan Darah dan Hipertensi 

 

A. Pengertian Tekanan Darah

Tekanan darah merupakan kekuatan atau tenaga yang digunakan oleh darah untuk melawan dinding pembuluh arteri dan biasa diukur dalam satuan millimeter air raksa (mmHg). Nilai tekanan darah dinyatakan dalam dua angka, yaitu angka tekanan darah sistolik dan diastolik. Tekanan darah sistolik merupakan nilai tekanan darah saat fase kontraksi jantung, sedangkan tekanan darah diastolik adalah tekanan darah saat fase relaksasi jantung.

penyakit pengertian Tekanan Darah Dan Hipertensi
Image courtesy of Stuart Miles at FreeDigitalPhotos.net

Berbicara tekanan darah, coba bayangkan kran yang dialiri air. Saat air mengalir di dalam kran akan “menggembung” sehingga akan timbul tekanan yang diberikan aliran air terhadap dinding slang. Hal itulah yang terjadi pada pembuluh darah kita. Tekanan yang diberikan darah terhadap pembuluh arteri inilah yang menunjukkan nilai pada alat pengukur tekanan darah.

Tekanan darah dikatakan optimal jika nilai sistolik sebesar 120 mmHg dan 80 mmHg pada nilai diastolik. Nilai tekanan darah seseorang dapat naik dan turun selama satu hari. Nilai tekanan darah lebih rendah saat tidur dan akan meningkat saat bangun tidur, terengah engah, bahagia, panik, atau beraktivitas fisik.

Tekanan darah biasa diukur dengan alat tensimeter atau spigmomanometer. Pengukuran tekanan darah biasa dilakukan pada posisi duduk atau tidur terlentang di atas tempat tidur. Nilai tekanan darah yang terbaca pada alat tensimeter adalah nilai tekanan sistolik per diastolik, misalnya 120/80 mmHg.

Nilai tekanan darah dapat naik dan turun dengan cepat tergantung pada aktivitas dan emosi seseorang.

Sebelum melakukan pengukuran tekanan darah sebaiknya Anda melakukan beberapa hal berikut.

  • Duduk santai selama 5 menit sebelum pengukuran tekanan darah.
  • Berkemih terlebih dahulu sebelum dilakukan pengukuran tekanan darah. Kondisi kandung kemih yang penuh dapat mempengaruhi nilai tekanan darah.
  • Jangan merokok atau mengonsumsi kopi selama  30 menit sebelum tekanan darah diukur. Kedua aktivitas tersebut dapat meningkatkan tekanan darah dalam waktu sementara.

B. Tekanan Darah Tinggi

Pengertian Tekanan Darah Tinggi
Image courtesy of David Castillo Dominici at FreeDigitalPhotos.net

Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit yang paling sering muncul di negara berkembang seperti Indonesia. Seseorang dikatakan menderita penyakit hipertensi apabila setelah melalui beberapa kali pemeriksaan, nilai tekanan darah tetap tinggi—nilai tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau diastolik ≥ 90 mmHg.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa hipertensi merupakan penyebab nomor satu kematian di dunia. Data Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment on High Blood Pressure VII mengatakan hampir 1 milyar penduduk dunia mengidap hipertensi. Sementara itu, hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan prevalensi hipertensi pada penduduk berusia 18 tahun ke atas di Indonesia sebesar 25,8%.

  [Baca Juga : Penyebab, Tanda dan Gejala, Serta Pengobatan Hipertensi]

Klasifikasi dan Diagnosis Hipertensi 

Kriteria yang ditetapkan oleh Seventh Report of Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) menjadi dasar dalam pengklasifikasian hipertensi.

Berikut klasifikasi tekanan darah tinggi menurut The Joint National Comitte (JNC-V). 
klasifikasi tekanan darah tinggi menurut The Joint National Comitte (JNC-V)

Nilai sistolik atau diastolik seseorang sering tidak sama untuk setiap kategori. Pada kasus ini lihatlah nilai yang memiliki kategori berat. Contohnya seorang Ibu memiliki nilai sistolik 170 mmHg dan nilai diastolik 80 mmHg maka akan dikategorikan ke dalam hipertensi stadium 2.

Hal serupa juga bisa terjadi saat seseorang memiliki nilai sistolik 130 mmHg dan nilai diastolik sebesar 96 mmHg, akan masuk dalam kategori hipertensi stadium 1.

HIPERTENSI PADA ANAK

Hipertensi tidak hanya terjadi pada orang dewasa. Hipertensi juga bisa terjadi pada anak-anak. Adanya obesitas, kurangnya aktivitas, dan penyakit lain turut menyebabkan terjadinya hipertensi pada anak.

C. Cara Mendiagnosis Hipertensi

Cara Mendiagnosis tekanan darah tinggi
Image courtesy of phasinphoto at FreeDigitalPhotos.net

Diagnosis hipertensi dilakukan dengan pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter. Tekanan darah perlu diukur beberapa kali untuk memastikan bahwa hasil yang didapatkan akurat. Pengukuran tekanan darah bisa dilakukan oleh dokter, paramedis, atau tenaga kesehatan lain di rumah sakit atau klinik kesehatan.

Apabila nilai tekanan darah Anda termasuk dalam kategoritinggi biasanya dokter menyarankan untuk melakukan pengukuran ulang beberapa saat kemudian. Diagnosis hipertensi pada orang berusia ≥ 50 tahun ditetapkan dengan melihat nilai tekanan darah sistoliknya. Jika nilainya ≥ 140 mmHg bisa dipastikan bahwa lansia tersebut mengalami hipertensi.

Nilai diastolik yang tinggi pada usia muda menggambarkan peningkatan risiko terjadinya serangan jantung. Selain itu, diagnosis hipertensi juga memperhatikan beberapa faktor sebagai berikut.

Menilai faktor risiko dan morbiditas (kesakitan).

  • Identifikasi penyebab hipertensi.
  • Menilai ada-tidaknya kerusakan organ target.
  • Menilai histori dan penilaian fisik.
  • Tes laboratorium, seperti kadar gula darah, hematokrit dan lipid, serum potasium, kreatinin, dan kalsium, serta urine albumin atau rasio kreatinin.
  • Elektrokardiogram.

D. Jenis-Jenis Hipertensi

Hipertensi yang tidak diketahui sebab pastinya disebut hipertensi esensial, hipertensi primer, atau hipertensi idiopatik. Sementara itu, hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain disebut hipertensi sekunder. Sebagian besar kasus hipertensi di dunia terjadi tanpa sebab yang jelas (hipertensi esensial) dan hanya berkisar 20% kejadian hipertensi yang diakibatkan oleh penyakit lain.

 

E. Faktor Risiko Terjadinya Hipertensi

Faktor Risiko Terjadinya Tekanan Darah Tinggi
Image courtesy of Ambro at FreeDigitalPhotos.net

Beberapa karakteristik, kondisi, dan kebiasaan seseorang dapat meningkatkan risiko terjadinya hipertensi. Berikut beberapa faktor risiko utama terjadinya hipertensi.

 

1. Usia

Kejadian hipertensi cenderung meningkat seiring dengan pertambahan usia. Sebanyak 65% orang Amerika berusia 60 tahun atau lebih mengalami hipertensi. Jenis hipertensi yang banyak dijumpai pada kelompok lansia adalah isolated hypertension. Meskipun demikian, hipertensi tidak selalu hadir seiring dengan proses penuaan.

 

2. Ras

Setiap orang memiliki kemungkinan yang sama untuk mengalami hipertensi. Namun, ras Afrika Amerika lebih berisiko mengalami hipertensi dibandingkan ras Kaukasian atau Amerika Hispanik. Ras Afrika Amerika cenderung lebih cepat mengalami hipertensi dan lebih banyak mengalami kematian akibat hipertensi (mengalami penyakit jantung koroner, stroke, dan kerusakan ginjal).

 

3. Jenis Kelamin

Laki-laki atau perempuan memiliki kemungkinan yang sama untuk mengalamihipertensi selama kehidupannya. Namun, laki-laki lebih berisiko mengalami hipertensi dibandingkan dengan perempuan saat berusia sebelum 45 tahun. Sebaliknya saat usia 65 tahun ke atas, perempuan lebih berisiko mengalami hipertensi dibandingkan laki-laki.

Kondisi ini dipengaruhi oleh hormon. Wanita yang memasuki masa menopause, lebih berisiko untuk mengalami obesitas yang akan meningkatkan risiko terjadinya hipertensi.

 

4. Obesitas

Seseorang yang mengalami obesitas atau kegemukan memiliki risiko lebih besar untuk mengalami prehipertensi atau hipertensi. Indikator yang biasa digunakan untuk menentukan ada-tidaknya obesitas pada seseorang adalah melalui pengukuran IMT atau lingkar perut. Meskipun demikian, kedua indikator tersebut bukanlah indikatorterbaik untuk menentukan terjadinya hipertensi, tetapi menjadi salah satu faktor risiko yang dapat mempercepat kejadian hipertensi.

 

5. Kurang Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik merupakan pergerakan otot anggota tubuh yang membutuhkan energi atau pergerakan yang bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan. Contohnya berkebun, berenang, menari, bersepeda, atau yoga. Aktivitas fisik sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh, khususnya organ jantung dan paru-paru. Aktivitas fisik juga menyehatkan pembuluh darah dan mencegah hipertensi. Usaha pencegahan hipertensi akan optimal jika aktif beraktivitas fisik dibarengi dengan menjalankan diet sehat dan berhenti merokok.

 

6. Kebiasaan Merokok dan Konsumsi Minuman Beralkohol

Kebiasaan merokok menyebabkan 1 dari 5 kasus kematian di Amerika setiap tahun. Merokok merupakan penyebab kematian dan kesakitan yang paling bisa dicegah. Pasalnya, zat kimia yang dihasilkan dari pembakaran tembakau berbahaya bagi sel darah dan organ tubuh lainnya, seperti jantung, pembuluh darah, mata, organ reproduksi, paru-paru, bahkan organ pencernaan.

Selain itu, konsumsi minuman beralkohol juga dapat meningkatkan tekanan darah. Penelitian menunjukkan bahwa risiko hipertensi meningkat dua kali lipat jika mengonsumsi minuman beralkohol lebih dari tiga gelas sehari.

 

7. Faktor Lain

Riwayat keluarga penderita hipertensi turut meningkat kan risiko kejadian hipertensi. Sementara itu, stres berkepanjangan juga dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami hipertensi.


      edit